Selamat Datang di Blog Ferdiansyah Boer

Rabu, 02 Desember 2015

Papua Barat
Papua Barat merupakan sebuah provinsi yang terletak di sebelah barat pulau Papua. Provinsi Papua Barat ini memiliki Ibu Kota yang bernama Manokwari. Walaupun jarang yang tau apa khas makanan dari daerah ini, namun ternyata ada banyak kuliner yang khas dapat kita temukan di Papua Barat. Makanan dari Papua Barat ini memiliki keunikan tersendiri yang membuat berbeda dari provinsi-provinsi lainnya. Adapun beberapa makanan khas Papua Barat sebagai berikut :

1.Udang selingkuh

Ini satu lagi makanan unik khas papua barat yang cukup buat penasaran. UDANG SELINGKUH ! kenapa selingkuh? karena udang ini berbetuk udang namun memiliki capit seperti kepiting. Udangnya dianggap berselingkuh dengan kepiting. Udang ini cukup terkenal di daerah Wamena, Papua Barat. Penyajiannya bisa digoreng ataupun direbus. Sangat menarik sepertinya makanan yang satu ini. Jika kita berada di Papua Barat tidak ada salahnya icip-icip makanan udang selingkuh ini.


2.Martabak Sagu

Siapa yang tidak tahu dengan martabak. Hampir diseluruh provinsi yang ada di Indonesia mengenal makanan ini. Namun, di Papua Barat martabak yang disajikan terbuat dari sagu. Sagu dihaluskan lalu digoreng beberapa menit dan diberi gula merah. Martabak ini berbeda dengan martabak yang sering kita jumpai pada umumnya yaitu martabak manis ataupun martabak telur. Martabak sagu ini berasal dari sebuah kabupaten yang ada di Papua Barat yaitu Kabupaten Fakfak. Martabak ini sangat digemari dan disukai masyarakat sekitar karena rasanya yang manis dan dan gurih. Jika anda penasaran anda langsung bisa temukan di Fakfak karena martabak ini banyak ditemukan di Kabupaten ini.

3.Sate Ulat Sagu

Kita pasti sering makan sate seperti sate ayam, daging sapi ataupun daging kambing. Berbeda dengan sate yang ada di Papua Barat yang memiliki keunikan yang cukup aneh yaitu sate nya terbuat dari ulat sagu. Jenis makanan ini memang sedikit menggelikan bahkan jika kita tidak terbiasa mengkonsumsinya bisa membuat mual. Masyarakat sekitar sudah terbiasa mengkomsumsi makanan ini. Ulat sagu ini diperoleh dari batang pohon sagu yang sudah tua. Cara pengolahan pembuatannya sama dengan sate pada umumnya yaitu dibakar. Tidak ada salahnya jika kita ingin mencoba makanan ini.


4.Papeda

Sama halnya dengan martabak sagu tadi, bahan makanan papeda ini juga berasal dari sagu. Namun papeda sagu diolah menjadi bubur. Masyarakat papua sering memakannya dengan ikan seperti ikan tongkol atau ikan mubara yang dibuat ddengan kuah yang berwarna kuning. Cara memakannya sama seperti kita makan nasi namun nasi diganti dengan bubur.





5.Ikan Bungkus

Ketika kita lihat sekilas bentuknya hampir sama dengan ikan pepes dan resep yang digunakan juga hampir sama. Yang berbeda hanya saja pada bahan dasar yang digunakan. Dalam membuat ikan bungkus bahan dasar yang digunakan adalah ikan laut. Bumbu yang digunakan juga lebih banyak dan komplit dibandingkan dengan ikan pepes. Jika dimakan dengan nasi akan terasa lebih ajib.

Itulah beberapa makanan khas Papua Barat yang kudu kamu icip-icip jika singgah di Papua Barat.

Thanks
http://www.kebudayaanindonesia.com/2015/05/yuk-icip-icip-makanan-khas-papua-barat.html



animasi blog
Blue Fire Pointer

Senjata Tradisional Jawa Tengah

Senjata tradional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta secara garis besarnya hampir sama, hanya membedakan morfologi, bentuk dan ornamen dari senjata tradisional tersebut, yaitu Keris.

Sejak zaman dulu, keris selalu menjadi lambang kekuatan, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Pada dasarnya, keris tidak berbeda dengan senjata tradisional lainnya. Bermata tajam serta digunakan untuk memotong, menusuk, atau mengiris. Pada masa lalu, keris juga dipakai sebagai simbol identitas diri, baik itu untuk diri sendiri, keluarga, atau klan. Keris seorang raja berbeda dengan keris perwira atau abdi dalem bawahannya. Tidak hanya bilah kerisnya saja yang berbeda tapi juga detil-detil perhiasan perangkat pelengkapnya pun berbeda. 

Pembuatan


Keris telah dibuat oleh para empu pembuat keris sejak zaman dulu. Campuran antara materi baja dengan meteorit, dengan teknik tempa lipat, menjadikan keindahan fisik keris terbentuk. 

Pamor
Dalam dunia perkerisan, dikenal istilah pamor daden. Pamor daden adalah pamor atau “cahaya” yang terbentuk secara spontan, tanpa rekayasa sang empu pembuat keris. Menurut percobaan yang dilakukan, keris biasanya memiliki kandungan radioaktivitas yang tinggi, oleh karenanya perlu ada cara untuk menetralkannya.

Salah satu cara menetralkan bahaya radiasi itu dengan menyarungkan bilah keris ke dalam rangka kayu tertentu. Kayu-kayu yang biasa digunakan adalah kayu Timoho, Trembalu, Cendana, Awar-awar, Galih asem, Liwung, atau gading gajah.

Selain itu, ada pula istilah pamor rekan atau pamor buatan. Pamor rekan adalah jika sejak awal pembuatan keris, sang empu keris menginginkan “cahaya” tertentu dari kerisnya.

Ciri khas keris Solo, biasanya memiliki aksesoris banyak yang bertahtakan emas berlian serta berangka kayu cendana wangi. Dalam budaya Jawa tradisional keris tidak hanya dianggap sebagai senjata tradisional yang memiliki keunikan bentuk dan pamornya.
Kriss Solo

Perbedaan keris Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
Kiri : Kriss Solo dan Kanan : Kriss Yogyakarta

Keris gaya Solo disebut ladrang sedangkan Yogyakarta bernama Branggah Ladrang mempunyai bilah (sarung keris) yang lebih ramping dan sederhana tanpa banyak hiasan karena mengikuti gaya senopatenan dan mataram sultan agungan. Sementara keris Solo (Ladrang) pada bilahnya lebih banyak ornamen dan bentuk dan motif karena mengikuti cita rasa Madura dari Mpu Brojoguno. Ukiran keris solo bertekstur lebih halus daripada Yogyakarta. Juga ada perbedaan dari gagang keris, luk, dan lain sebagainya. Masing-masing memiliki filosofi sendiri-sendiri.
Kiri : Keris Solo, kanan : Keris Yogyakarta
Senjata Tradisional Kasunan Surakarta Hadiningratan

Pandangan di luar keraton mendefinisikan pusaka sebagai senjata yang bersifat sakral. Sedangkan dalam konteks Kasunanan Surakarta Hadiningrat, istilah pusaka dimaknai sebagai benda-benda peninggalan dari leluhur keraton yang diwariskan secara turun-temurun kepada dari Raja sebelumnya ke Raja yang selanjutnya. 

Jadi, yang disebut pusaka bukan hanya berupa senjata saja, melainkan benda-benda lain yang memiliki arti tersendiri bagi keraton. Namun, dalam konteks ini, akan sedikit dibahas tentang senjata pusaka yang dipunyai Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Kasunanan Surakarta Hadiningrat mempunyai berbagai jenis senjata pusaka yang hingga kini masih dirawat dengan baik. Beberapa jenis senjata pusaka yang ada di Kasunanan Surakarta Hadiningrat antara lain keris, tombak, pedang, trisula, gada besi, meriam, dan sebagainya. Senjata-senjata pusaka keraton tersebut diyakini menyimpan makna magis sehingga memiliki kekuatan yang berpengaruh atau prabawa dan dianggap sebagai benda-benda sakral yang harus dihormati. 

Kudhi (*)
Khudi Banyumas
Kudhi bagi masyarakat Banyumas adalah salah satu perkakas yang serba guna, selain juga sebagai senjata tajam yang digunakan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam. Dan sebagai sub budaya masyarakat Jawa, masyarakat Banyumas (dan seperti kebanyakan masyarakat Jawa) didalam kesehariannya selalu menggunakan simbol-simbol atau lambang. Simbol atau lambang tersebut bisa berbentuk benda, tulisan, ucapan maupun upacara dan kesenian, salah satunya Kudhi. Kudhi yang dianggap memiliki daya linuwih ini hanya dipakai sebagai senjata jimat. Sebab kudhi semacam ini jarang dan sangat sulit didapat. Masyarakat Banyumas sering menyebutnya dengan Kudhi Trancang.

Macam
Hasil dari karya Khudi
Ada beberapa macam kudhi yang ada di Banyumas yaitu Kudhi Biasa atau yang sering dipakai untuk segala keperluan. Kudhi ini memiliki ukuran panjang 40 cm dan lebar 12 cm. Kemudian Kudhi Melem, kudhi yan pada bagian ujungnya seolah-olah berbentuk ikan melem. Ukurannya lebih kecil kira-kira 30 cm panjangnya dan lebar 10 cm. Kudhi ini berfungsi untuk membuat bilik dan pagar rumah. Dan yang terakhir Kudhi Arit, yaitu jenis arit yang pada bagian tengahnya mempunyai weteng (perut). Jenis ini dapat dipakai antara lain untuk keperluan mencari kayu bakar, ramban (mencari dedaunan) atau untuk nderes (mencari nira). Ukuran kudhi ini kira-kira 35 cm panjangnya dan 10 cm lebar perutnya.

Arit (sebelah kiri) dan Khudi Arit (sebelah kanan) 

Makna

Bagian-bagian kudhi terdiri dari; bagian ujung, perut, karah serta gagang. Bagian-bagian tersebut tidak hanya berfungsi sebagai alat pemotong semata, namun merupakan cermin dari karakter orang Banyumas yang sesungguhnya. Artinya jika kita simak secara bagian-perbagian. Ujung adalah nilai egaliterian yang ada pada masyarakat Banyumas, terhadap segala bentuk budaya lainnya. Hal ini ditunjukan pada bentuk ujung kudhi yang sama dengan senjata-senjata seperti golok, pedang dan semacamnya dari daerah lain. Bentuk perut menunjukan bahwa manusia hidup tidak hanya untuk memenuhi nafsu belaka namun ada hal yang lebih penting yaitu berusaha dan bekerja. Kemampuan perut kudhi sangat besar untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang berat-berat seperti membelah atau memotong obyek yang besar. Karah disini menyimbolkan bahwa penampilan (baca: materi) ternyata tidak bisa dijadikan sebagai acuan baik buruknya sifat sesorang. Hal ini dimaksudkan bahwa tidak semua karah yang bagus dan berukir akan memiliki perut dan ujung yang tajam (baca: baik). Sedangkan gagang merupakan pegangan dimana orang Banyumas didalam menyikapi hidup harus punya keyakinan yang jelas.

terimakasih, 
http://gpswisataindonesia.blogspot.co.id/2015/03/senjata-tradisional-jawa-tengah.html

Blogger Widgets
animasi blog